WAWANCARA DAN OBSERVASI
(Jenis Penelitian dan Inventori Dalam Bimbingan dan Konseli
A. WAWANCARA
a. Pengertian
Wawancara adalah proses antara pewawancara (Interviewer) dengan yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung atau dapat juga dikatakan sebagai proses percakapan tatap muka (face to face) antara interviewer dengan interviewee dimana pewawancara bertanya langsung tentang sesuatu aspek yang dinilai dan telah dirancang sebelumnya. A. Muri Yusuf (2005:140)
Wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak. Berhadapan muka dan dengan arah serta tujuan yang telah di tentukan. Anas Sujiono (1998:92).
Warwick-Linger, 1975 dikutip A. Muri Yusuf (2005:275) menyatakan bahwa ada empat faktor yang menentukan keberhasilan dalam percakapan tatap muka mau pun percakapan melalui media.
1. Pewawancara hendaknya memiliki
a. Kemampuan dan keterampilan dalam komunikasi
b. Kemampuan dalam memahami dan menerima serta merekam hasil wawancara yang telah dilakukan
c. Rasa aman dan percaya diri
2. Yang diwawancarai Harus mempunyai:
a. Kemampuan memahami dan menangkap pertanyaan
b. Kemampuan dalam menyatakan pendapat
c. Rasa aman dan percaya diri
3. Isi atau materi yang diwawancarai
a. Tingkat kesukaran hendaklah dalam ruang lingkup kemampuan Inteviewee
b. Kesensitifan materi pertanyaan
c. Luasnya materi wawancara
4. Situasi wawancara
a. waktu pelaksanan
b. tempat pelaksanaan
c. situasi lingkup
Keempat kemampuan diatas saling mengetahui dan beinteraksi sehingga menunjang atau menghambat pencapaian tujuan wawancara. Apabila semua kamampuan berfungsi dengan dengan baik dan sesuai dengan fungsinya masing-masing, maka tujuan wawancara akan tercapai dengan baik, sebaliknya apa lagi banyak komponen yang tidak berfungsi, maka wawancara yang dilakukan akan mengalami kelambanan dan mungkin jadi tidak berhasil. Keberhasilan seorang wawancara ditentukan oleh kemampuan memacing, menggali dan mengikutsertakan yang diwawancarai sehingga ia tertarik dan ia mau di wawancarai serta mampu menyampaikan informasi yang sebenarnya.
b. Jenis wawancara
1. Wawancara terencana – terstruktur
Wawancara terencana-terstruktur adalah suatu bentuk wawancara, dimana pewawancara menyusun terlebih dahulu secara terinci. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan menurut pola tertentu yang menggunakan format standart dalam pelaksanaannya pewawancara hanya membacakan saja pertanyaan yang telah disusun dan kemudian mencatat jawaban pada tempat yang terlah ditentukan.
2. Wawancara terencana tidak terstruktur
Wawancara terencana tidak terstruktur adalah pewawancara menyusun rencana dan menyiapkan materi tetap tidak terinci menurut format tertentu:
Contoh:
a. Jenis-jenis kenakalan apa sajakah yang anda lakukan bersama teman sekolah
b. Bagaimana cara anda membimbing teman anda dalam belajar kelompok
3. Wawancara bebas
Wawancar bebas adalah wawancara tidak terikat atau diatur oleh suatu pedoman tertentu dan individu yang diwawancarai mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapat.
Contoh:
Kemukakan sebanyak-banyaknya kenakalan yang anda lakukan bersama-sama teman-teman disekolah.
Usahakan mendalami setiap aspek secara runtut dan terarah, jangan lupa menciptakan hubungan yang menyenangkan dengan yang di wawancari.
Dalam wawancara bebas dapat juga dilengkapi dengan menggunakan alat bantu berupa tape recorder (alat perekam suara) sehingga jawaban-jawaban yang diperoleh dengan lengkap dan sebaiknya hasil-hasil wawancara dicatat seketika agar jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah diperoleh dapat dianalisa dengan baik.
B. OBSERVASI
1. Pengertian
Menurut A.Muri Yusuf ( 2005:132) observasi adalah merupakan pengamatan yang teliti dan sistematis tentang suatu objek. Sedangkan Anas Sugiono (1998:76) menyatakan secara umum pengartian observasi adalah cara menghimpung bahan-bahan keterangan ( data ) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkahlaku individu, seorang guru atau tenaga pendidik lainnya dapt mengetahui tingkah laku non verbal dari siswa atau kegiatan program pendidikan lainnya.Contoh: Untuk mengetahui bagaimana tingkahlaku siswa dalam belajar disekolah maka pengamat mengamati tingkahlaku siswa selama disekolah
Tingkahlaku peserta didik pada waktu guru pendidikan agama menyampaikan pelajaran dikelas, ceramah-ceramah keagamaan, upacara bendera, ibadah lain dan sebagainya.
Observasi dapat dibedakan dalam dua bentuk:
a. Participant observation
Yaitu suatu bentuk observasi dimana pengamat secara teratur terlibat langsung dalam program atau kegiatan yang diamati. Siswa atau individu yang diamati tidak mengetahui bahwa pengamat sedang melakukan evaluasi.
Contoh: Untuk mengetahui kebiasaan siswa dalam belajar dirumah maka pengamat tinggal bersama siswa dirumahnya, kalau perlu dalam satu kamar
b. Non-Participant observation
Yaitu pengamat tidak terlibat langsung atau ikut serta dalam kegiatan yang diamati.
echi..
Daftar Kepustakaan
A. Muri Yusuf (2005). Evaluasi Pendidikan. Padang: UNP Press
____________ (2005). Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press
Anas Sugiono (1998). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. PI. Raja Grafindo Persada
W.S. Winkel (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar